Tuesday, February 11, 2020

Balita Koma Gegara Digigit Ular

Bocah wanita berumur empat tahun masyarakat Desa Pamengkang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, koma sesudah digigit ular berbisa di rumah tinggalnya. Balita itu sekarang dirawat di ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSD Gunung Jati Kota Cirebon.



Insiden sial itu berlangsung pada Sabtu (8/2) kemarin. Petugas medis belum dapat pastikan tipe ular yang menyerang bocah itu.

"Tempo hari koma, saat ini masih dirawat. Kelak diumumkan perubahannya," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon Enny Suhaeni lewat pesan secara singkat, Rabu (12/2/2020).

Baca Juga : Biaya Kuliah ITS

Awalnya Enny menjelaskan gigitan ular yang belum didapati macamnya itu diketemukan di telapak kaki korban. Petugas temukan ada dua sisa cedera gigitan di kaki korban.

"Ini masalah pertama untuk gigitan ular berbisa, awalnya ada tetapi bisa-nya tidak semacam ini," kata Enny.

Sebelum dibawa ke RSD Gunung Jati, bocah wanita itu sempat dibawa ke puskesmas paling dekat. Sampai pada akhirnya korban dirujuk untuk jalani perawatan intens di rumah sakit.

Serang Saraf- Sel Darah

Racun atau dapat ular sudah menebar di badan balita wanita asal Pamengkang itu. Menurut Wakil Direktur Service RSD Gunung Jati Cirebon Maria, keadaan korban tidak sadarkan diri. Racun atau dapat ular itu sudah menyerang sel saraf atau neurotik sel darahnya.

Dapat ular yang belum didapati macamnya itu rupanya dapat mencabik pembuluh darah korban. "Nyatanya gejalanya tidak cuma neurotoxic, hemotoxic juga. Jadi racunnya itu menebar ke darah. Ya dapat pecah pembuluh darahnya," kata Maria waktu terlibat perbincangan dengan detikcom di RSD Gunung Jati, Selasa (11/2/2020).

Maria menjelaskan sampai sekarang keadaan pembuluh darah korban masih normal, tidak ada yang pecah. Tetapi, lanjut ia, jumlahnya sel darahnya alami penurunan.

Baca Juga : Institut Teknologi Surabaya

Maria akui faksinya sering mengatasi masalah gigitan ular. Dia memandang masalah gigitan ular yang dirasakan bocah Pamengkang adalah baru. Hingga, faksi rumah sakit serta Dinkes juga setuju untuk menyebut salah satunya dokter spesialis emergensi dari WHO yang bekerja di Kementrian Kesehatan (Kemenkes), yaitu Tri Maharani.

"Keadaannya masih koma, masih di ruangan PICU. Kita telah menyebut dokter spesialis emergensi dari WHO, doktor dokter Tri Maharani," sebut Maria.

"Untuk tipe ularnya belumlah pasti, tuturnya tipe weling. Tetapi tidak teridentifikasi, di kuatirkan tipe ularnya ini hasil perkawinan silang," lebih Maria.

Tidak hanya mengatasi korban, dokter WHO Tri Maharani sempat memberi materi mengenai perlakuan pertama pada korban gigitan ular ke beberapa dokter fungsional puskesmas di Kabupaten Cirebon. Beberapa dokter fungsional itu disatukan di Puskesmas Pamengkang, Kabupaten Cirebon.

Dinkes Kabupaten Cirebon mengharap dokter fungsional yang bekerja di puskesmas dapat memperoleh ketrampilan penambahan mengenai perlakuan gigitan ular versus WHO. Training penangan masalah gigitan ular berbisa itu diutamakan pada beberapa dokter fungsional yang bekerja di puskesmas terpengaruh banjir, yaitu Kaliwedi, Susukan, Bunder, Pangkalan, Ciledug, Babakan, Astanalanggar, Gembongan, Losari, Mundu, Gunungjati, Jagapura, serta Waled.

No comments:

Post a Comment