Tuesday, March 12, 2019

Butuh Keberlanjutan Pasokan Energi untuk Pacu Pertumbuhan Ekonomi

Menjadi salah satunya instrumen pemacu perkembangan ekonomi, pemerintah sangat menyimpan perhatian pada keberlanjutan supply daya, termasuk juga dengan membuat kesempatan investasinya, baik di ataupun luar negeri. Salah satunya triknya dengan menyiapkan semakin banyak keringanan dalam penambahan daya tarik investasi.

Baca juga : Jurusan di UNIB

"Dinamika perubahan ekonomi makro pun di pengaruhi oleh gerakan pasar daya global. Pada kesempatan kali ini, kita akan lihat keadaan daya global pada tahun-tahun awal mulanya, keadaan daya Tanah Air serta mengulas skenario ke depan," tutur Deputi Bagian Pengaturan Pengendalian Daya, Sumber Daya Alam serta Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bagian Perekonomian Montty Girianna waktu memberi sambutan dalam acara diskusi bertopik "World and Indonesia Energy Outlook 2018", di Jakarta, Selasa (23/10/2018).

Montty menjelaskan jika Indonesia adalah anggota G-20, satu komunitas yang dengan kolektif merepresentasikan 85% output ekonomi global, 2/3 keseluruhan masyarakat dunia, 75% perdagangan internasional, dan 80% investasi global.

Indonesia pun ditempati oleh seputar 265 juta orang hingga membuatnya menjadi negara berpenduduk paling besar ke-4 dalam dunia. Indonesia pun menyandang titel menjadi negara dengan ekonomi paling besar ke-10 dalam dunia serta yang paling besar di Asia Tenggara yang diukur berdasar pada tanda Paritas Daya Beli (PPP).

"Akan tetapi, pesatnya perubahan ekonomi dunia sekarang ini masih tetap diwarnai ketidakpastian yang dipacu oleh intensitas pertarungan perdagangan yang bertambah. Eskalasi itu diperkirakan bisa kurangi Produk Domestik Bruto (PDB) Global hampir 1%," sambungnya.

Lalu, lanjut Montty, untuk tanda ekonomi makro Indonesia pada umumnya tunjukkan tempat yang relatif baik. Semenjak 2014, rata-rata perkembangan PDB tahunan diatas 5%, sedang tingkat inflasi masih bisa dikontrol di rata-rata 3,5% per tahun. Sesaat tingkat kemiskinan sudah menyusut sampai lebih dari 1/2 semenjak 1999, atau 9,8% pada tahun 2018.

Baca juga : Jurusan di UNILA

Sekarang ini Indonesia masih tetap digolongkan menjadi negara berkembang yang berpendapatan menengah dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita USD3.847 (2017).

"Butuh usaha keras untuk membawa Indonesia jadi negara dengan perekonomian berpenghasilan tinggi. Indonesia butuh selalu berusaha untuk tingkatkan produktivitas, termasuk juga di bidang daya, tentu saja dengan jamin tersedianya serta keterjangkauannya," ujarnya.

No comments:

Post a Comment