Alat pemerintah China sudah menggembar-gemborkan potensi rudal balistik jarak menengah DF-26 yang belakangan ini ditest tembak. Senjata yang dijuluki misil "Guam Killer" ini diklaim dapat menghajar kapal induk musuh yang dalam tempat berjalan.
Akan tetapi, beberapa ahli menyangsikan potensi itu. Laporan alat pemerintah China itu disangka sisi dari kampanye propaganda bersama dengan yang didesain untuk mengesankan audience domestik tentang kemampuan militer Beijing di panggung internasional.
Baca juga : Biaya Kuliah POLSRI
Beberapa pakar menjelaskan video uji tembak rudal "Guam Killer" yang ditembakkan dari tempat yang dirahasiakan itu sebetulnya mengutarakan amat sedikit dari klaim yang disuarakan.
"Video itu tidak tunjukkan rudal tentang tujuan berjalan di laut," kata ahli militer Carl Schuster pada CNN. Schuster ialah bekas direktur operasi di US Pacific Command's Joint Intelligence Center.
"Untuk semua pemirsa bisa memandangnya, ini ialah peluncuran rudal balistik standard tiada tanda-tanda apa tujuan berjalan atau statis," tuturnya kembali, yang diambil Kamis (31/1/2019).
Beijing sudah lama mengaku rudal DF-26 menjadi intimidasi mengerikan buat pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat (AS), terpenting yang ada di kepulauan Pasifik. Senjata itu pun disombongkan bisa membidik kapal perang di laut terbuka.
DF-26 dipercaya oleh beberapa analis AS dapat tentang tujuan dalam jarak 3.400 mil (5.471 km.) serta dapat membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional.
Tapi, kata Schuster, sampai tujuan yang berjalan di laut akan membutuhkan mekanisme serta strategi yang belumlah dikerjakan China.
Global Times, alat pro-pemerintah China di hari Senin memberikan laporan video uji tembak misil DF-26 yang launching China Central Television (CCTV) punya pemerintah tunjukkan ada empat sirip di dekat hidung rudal. Menurut laporan itu, feature itu sangat mungkin rudal untuk merubah arah dalam penerbangannya untuk menabrak kapal yang berjalan.
"Design spesial sangat mungkin rudal untuk dengan tepat mengatur trek serangan, sebab empat permukaan kontrol penerbangan memberi potensi manuver yang super serta memandu hulu ledak saat step terminal untuk menabrak kapal induk yang berjalan lamban," bunyi laporan yang mencuplik ahli militer China, Song Zhongping, itu.
Laporan itu pun mencuplik pakar militer China yang lain yang tidak dijelaskan namanya, yang menjelaskan jika hulu ledak misil itu berkaitan dengan elektronik dengan skema penargetan.
Baca juga : Biaya Kuliah POLINELA
"Satu jaringan info yang tersambung ke hulu ledak, yang mungkin termasuk juga satelit, radar darat serta laut di samping radar pada rudal tersebut, selalu mengupdate tempat tujuan yang berjalan, memberitahukan kontrol penerbangan ke manakah memandu rudal," bunyi laporan dari ahli anonim itu.
Andrew Tate, seseorang analis di majalah militer, Jane's Defense Weekly, menjelaskan bukti potensi misil anti-kapal DF-26 akan memerlukan semakin banyak pengujian.
"Laporan Global Times merujuk pada radar rudal tersebut, yang mungkin dibutuhkan untuk babak homing terminal, saat penundaan dalam mengupdate tempat tujuan bisa menyebabkan kekeliruan. Agunan jika manfaat seperti yang didesain akan membutuhkan eksperimen yang representatif," catat Tate sesudah mengevaluasi video uji tembak misil "Guam Killer".
Julukan "Guam Killer" yang bermakna "Pembunuh Guam" pada misil China ini merujuk pada Guam, lokasi di Pasifik yang jadi pangkalan militer AS. Nama lokasi itu sempat juga tenar saat rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara meneror akan menghujaninya dengan rudal balistik. Akan tetapi, intimidasi itu tidak sempat dapat dibuktikan.
No comments:
Post a Comment